Romo KH. Achmad Afif Dimyati lahir di Semarang tanggal 5 Agustus 1952. Beliau merupakan putra dari KH. Dimyati Nawawi dan Ibu Siti Khalimah. KH. Dimyati Nawawi merupakan putra dari KH. Daqo’iq Nawawi, dan Ibu Siti Khalimah adalah putri dari KH. Dala’il Syarqawi.
KH. Achmad Afif Dimyati merupakan putra pertama dari 5 bersaudara, yaitu :
Seperti umumnya anak-anak pada saat itu, beliau menempuh sekolah rakyat atau yang saat ini setara dengan sekolah SD dan berhasil menyelesaikan sekolah rakyat (SR) pada tahun 1965. Kemudian beliau melanjutkan jenjang Pendidikan ke tingkat Tsanawiyah. Akan tetapi tidak seperti siswa pada umumnya, beliau naik ke kelas tiga Tsanawiah selama dua tahun melalui jalur akselerasi (setelah kelas satu langsung naik ke kelas tiga Tsanawiyah). Setelah lulus dari madrasah Aliyah beliau lebih memilih untuk melanjutkan menempuh Pendidikan di pondok pesantren. Beberapa pondok yang pernah beliau jadikan tempat mencari ilmu diantaranya
Ketika di Pondok Pesantren Mranggen beliau hanya mondok selama 25 hari, karena sakit yang beliau alami. Setelah itu beliau melanjutkan ke Pondok Pesantren Tegalrejo, dan di pondok inilah beliau menimba ilmu dengan waktu yang cukup lama. Setelah lulus Alfiyah di Tegalrejo, ketika bulan Ramadhan (bulan puasa) beliau biasanya mengaji pasan di Mranggen atau di pondok pesantren poncol milik Mbah KH. Ahmad.
Pada tahun 1982 beliau menikah dengan Ibu Hj. Maftucah, setelah Ibu Hj. Maftucah selesai mengaji di Pondok Pesantren Al-Aris Kudus. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai putra dan putri yaitu :
Setelah beliau selesai dari mondok di berbagai daerah, beliau mulai membantu mengajar di pondok yang diasuh oleh KH. Dimyati Nawawi. Beberapa Wejangan dari guru beliau yang masih sangat beliau ingat smpai saat ini diantaranya yaitu :
Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Al Masykur didirikan oleh K.H. Dalail Syarqowi yang asal beliau adalah Desa Pulutan, Kota Salatiga dengan didampingi oleh istri beliau yaitu Nyai H. Romlah dari Rowoganjar pada tahun 1926. Beliau datang ke Jombor untuk mendirikan langgar atau masjid kecil dengan dibantu oleh masyarakat sekitar dan dibesarkan hingga menjadi masjid yang sekarang bernama masjid Jami’ Jombor. Lalu juga mendirikan pondok sendiri yang letaknya di depan masjid Jami Jombor pada tahun 1930, namun bentuknya masih pondok masyarakat.
Setelah mendirikan masjid dan pondok pesantren, ada penawaran kayu jati dari Desa Balekambang, Kecamatan Bawen, yang disana ada beberapa orang yang ingin memiliki kayu jati tersebut dengan cara menebang tetapi tidak pernah berhasil dan orang yang berusaha menebang tersebut terlebih dahulu meninggal, lalu oleh K.H. Dalail Syarqowi dimujahadahi selama satu tahun dan hanya dicabut akarnya sudah bisa tumbang, dan akhirnya Masjid Jami’ Jombor mengalami perbaikan kembali dengan hanya bermodal 1 pohon kayu jati dari Desa Balekambang dan satu batu dari Desa Jombor sendiri. Lalu pondok berjalan, namun santri-santrinya baru dari masyarakat sekitar Jombor saja.
K.H. Dalail Syarqowi wafat sekitar tahun 1943, lalu pondok sempat tidak berjalan, namun kemudian diilanjutkan oleh menantu beliau yaitu K.H. Dimyati Nawawi yang baru saja pulang dari Pondok Pesantren Watu Congol, Gunung Pring, Magelang sekitar tahun 1950 dan diikuti oleh beberapa santrinya, antara lain K. Hasyim dari Grabag, K.H. Masykur dari Grabag dan Syaikhun dari Muntilan. Hingga kemudian pondok pesantren ini terus berkembang. Milad pondok pesantren Al Masykur yaitu pada taggal 01 Januari 1950 dimana pada saat itu sudah mulai ada santri dari luar yang datanguntuk nyantri di pondok ini. Lalu hari demi hari dan tahun bertambah, jumlah santrinya pun juga terus menerus berdatangan. Kemudian K.H. Dimyati Nawawi wafat pada tahun 2002 dan sampai sekarang Pondok Pesantren API Al Masykur diteruskan oleh putra pertama beliau yaitu K.H. Ahmad Afif Dimyati dengan didampingi oleh istri beliau yaitu Nyai H. Maftuhah.
Pemilihan penggunaan nama Al-Masyur sendiri merupakan wujud syukur karena dapat dibangunnya pondok ini, dengan bangunan yang lebih baik. Sebelum bernama Al-Masykur pondok ini biasa disebut dengan pondok jombor.
Lambang Pondok Pesantren A.P.I Al Masykur berpola bunga dengan lima kelopak yang didalamnya terdapat simbol kitab, masjid dan bendera.
Pondok pesantren unggul dan terdepan berbasis pada keimanan, ketaqwaan, amalibil ‘ilmi, bil ‘amal dan akhlaqul karimah serta mengikuti perkembangan zaman untuk umat, agama, negara, kemanusiaan, dan peradaban.